Juni 17, 2009

Hanya Wajib Belajar Sembilan Tahun

Ceritanya hari ini saya nggak enak badan gara-gara kemaren saya nonton tv sambil tiduran di lantai, terus malemnya saya minum kopi.
Nah terus saya jadi males banget balik lagi ke Jakarta capek, jauh kan Anyer ke Jakarta.
Tapi dengan terpaksa akhirnya saya ikut bapak saya ke Jakarta dikarenakan hari Kamis saya harus kembali ke 14 untuk pembentukan panitia mosis dan tabligh akbar, bayar sweater exodus (si Gilang udah kayak tukang kredit nagihinnya, mulai dari cara halus, sampai memalukan saya di ruang publik seperti Facebook!!!!!!!!!!) dan bayar sanlat.
Akhirnya saya masuk mobil. Dan saudara jauh saya, dengan seorang temannya (dua-duanya wanita) ternyata sudah naik mobil juga.
Saya kira mereka mau ikut ke jakarta, ke rumah, mau main. Yang bawa kan sopir saya yang notabene sodara juga karena perkawinan. Nah saudra jauuuuuuuuuh saya itu keponakan sopir saya.
Tapi ternyata dua anak itu mau ke kos-kosan salah satu bibinya di tangerang, katanya mereka mau kerja di pabrik kancing. Jadi ceritanya suami bibinya sepupu jauuuuuuuuuuuh saya itu, mau ngajak dua anak perempuan tadi kerja di pabrik kancing.
Kalian tahu tidak mereka usianya berapa?
Kurang lebih 14-15 tahun, kawan.... Mereka kemarin baru saja diwisuda oleh ibu saya.
LULUSAN SMP kerja di pabrik kancing.

Saat bapak saya bertanya, kenapa nggak mau nerusin sekolah?
Jawabnya nggak tahu.
Menurut penuturan supir saya, jadi saudara jauh saya itu ditantang untuk kerja selepas SMP oleh bibinya dan suaminya. Paraaaaaah jadi anak itu tadi tergiur kawan dengan gaji 1 juta rupiah setiap bulan di parik kancing.
Aduh polos banget ya. Jakarta itu keras nak, apalagi anak sekecil kalian dapat dengan mudah ditipu orang.
Saya tadi benar-benar kasihan lihat mereka, jadi mereka berdua minta turun di serpong, terus mereka lanjut naik ankot ke kosan si bibi di pergudangan.
Entah dimana coba Pergudangan itu.
Ya wajib belajar memang hanya sembilan tahun, tapi apabila masih diperjuangkan untuk melanjutkan sekolah , kenapa nggak?
Padahal bapak saya bikin sekolah jauh-jauh di sana, di kampung, biar semua anak bisa sekolah.

Juni 09, 2009

Mitos-Mitos Seputar Kesehatan Seksual

Menurut dr Sophia Yen, MD, peneliti dari Lucile Packard Children's Hospital in Palo Alto, California, ada beberapa miskonsepsi dari mitos-mitos seputar kesehatan seksual. Di antaranya;

- Bisa tertular penyakit seksual kalau menggunakan toilet duduk
Penyakit menular seksual atau infeksi tidak bisa hidup di luar tubuh dalam waktu yang lama, apalagi di atas permukaan dingin dan keras, seperti toilet duduk. Plus, bakteri dan kuman itu tidak terkandung dalam urin (yang biasanya steril), jadi kemungkinan tertular sangatlah kecil.

Yang bisa menularkan penyakit seksual adalah kontak kulit ke kulit atau ciuman mulut dan mulut. Hal ini bisa menularkan penyakit herpes, gonorrhea, chlamydia, bisul, scabies, dan perpindahan kutu.

- Tidak akan hamil di kontak seksual pertama
Yang namanya kontak seksual memiliki kemungkinan untuk menghasilkan kehamilan. Bahkan, statistik menunjukkan bahwa 20 persen wanita hamil dalam waktu satu bulan mereka mulai beraktivitas seksual.

- Tak akan hamil jika bercinta saat menstruasi
Meski kemungkinannya kecil, namun masih mungkin, apalagi jika bercintanya tidak menggunakan alat kontrasepsi atau kondom. Beberapa wanita memiliki jangka waktu haid bersamaan dengan ovulasi sehingga mereka bisa jadi berada dalam masa subur meski sedang haid.

- Obat kontrasepsi bisa bikin gemuk
Meski sudah melewati beragam tes klinis, namun belum ada yang membuktikan korelasi antara obat kontrasepsi oral dan kenaikan berat badan. Hal ini masih menjadi pembicaraan di antara para wanita. Sebuah artikel yang mengulas tentang hal ini dipublikasikan pada tahun 2006, menganalisis 44 orang dan menemukan bahwa, meski para partisipan memang mengalami kenaikan berat badan selama studi tersebut, namun tak ada bukti bahwa pil kontrasepsi itulah penyebabnya. Salah satu alat kontrasepsi yang bisa memicu kenaikan berat badan adalah alat kontrasepsi suntik medroxyprogesterone acetate (DMPA). Sebuah studi yang dilansir University of Texas menunjukkan adanya kenaikan rata-rata 11 pon para respondennya dalam waktu 3 tahun.

sumber: kompas.com dengan perubahan

Juni 01, 2009

Menumbuhkan Rasa Malu Mencontek

Saudara, tentu saudara mengetahui (bahkan mengalami) bahwa di 14 sefang diadakan Ujian Akhir Sekolah alias UAS.
Tentu saudara-saudara sekalian juga mengetahui bahwa mencontek adalah pemandangan biasa yang dilihat ketika ujian atau tes sedang berlangsung.
Marilah kita pahami, apakah konsep sebenarnya dari ujian atau tes?
Ujian atau tes semata-mata diadakan untuk mengukur sejauh mana pemahaman kita atas pelajaran yang kita serap dan terima.
Dengan tes kta jadi tahu letak kesalahan kita di mana dan hasil tes yang kita dapatkan itu sebagai acuan agar kita bisa membuat perubahan agar menjadi lebih baik.
Seperti yang anda tahu, fungsi sekolah adalah untuk mencari ilmu bukan nilai. Yang penting kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat kemudian ilmu itu kita amalkan.
Jika kita mencontek dalam mengerjakan ujian sama saja kita menipu dan membodohi diri kita sendiri. Mencontek akan menjadi hal yang biasa dan akan menjadi suatu yang membudaya di kalangan pelajar.
Sekolah selain untuk menimba ilmu dapat juga dikatakan sebagai tempat pembentukan karakter. Jika kita saat bersekolah dibiasakan mencontek itu bisa jadi membentuk karakter kita menjadi pribadi yang kurang jujur dan menghalalkan segala cara saat dewasa kelak.
Kalau kita mencontek terus, kapan kita mau belajar? Kita tidak akan pernah tahu di mana letak kesalahan kita.
Intinya, mencontek itu adalah perbutan menipu kecil-kecilan. Tapi saudara juga harus mengingat ini:
Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit
Tentu tidak mau kan memupuk kejahatan dalam diri kita? Tumbuhkan rasa malu mencontek.
Malu kita mendapatkan skor yang bagus tapi bukan karena kemampuan kita. Lebih baik dapat nilai jelek sekalian.

Pesan : mencontek itu candu, jika diteruskan tentu akan jadi kebiasaan. Hindari mencontek